Mimpi-Mimpi Einstein

MMEAdalah buku sastra pertama yang kubaca. Pertama kali kukecap halaman demi halamannya saat aku masih SMP, di rumah seorang saudara sepupu jauh di kampung halaman. Buku tersebut teronggok di lemarinya, tampak terlantar dan tak terbaca.

Aku merasa tertarik dengan sampunya, dan ketipisannya, karena di masa-masa itu satu-satunya buku yang sangat kukenal hanyalah Harry Potter dan gaya sampulnya yang sangat ilustratif serta ketebalannya yang cukup tinggi. Buku Mimpi-Mimpi Einstein sangat tipis, ringan, dan aku membacanya dengan cepat. Dari persentuhan pertamaku dengannya, terbentuk kesan unik yang sulit untuk dilupakan. Gaya bahasanya, ceritanya, kisah-kisahnya, benar-benar membuat kepalaku pusing, campur-aduk, sekaligus terperangah.

Nyaris sepuluh tahun kemudian, aku bertemu dengannya lagi di sebuah toko buku di kota tempatku berkuliah. Dengan pengalaman membaca yang sudah lebih tinggi, aku membukanya kembali, dan kesan tersebut pun tiba lagi, kali ini dalam dosis yang jauh lebih besar.

Simply put: it blows my mind.

Mimpi-Mimpi Einstein, sebenarnya, tidak bisa benar-benar dikategorikan sebagai novel meski tulisan ‘Novel’ benar-benar tercantum – secara harafiah – kovernya. Membacanya lagi, aku yakin buku ini lebih tepat dianggap seperti fiksi jurnal mimpi – atau mungkin jurnal mimpi fiktif. Seperti itulah. Alan Lightman, penulisnya, membukanya dengan kisah Einstein muda yang bergulat dengan kegamangannya, kegalauannya, kehidupannya sehari-hari, sekaligus kejeniusannya sebagai perumus teori relativitas. Ditambah, ia merasa kebingungan dengan mimpi-mimpi yang selama beberapa bulan terakhir – sebelum novel dimulai – yang mengganggunya. Mimpi-mimpi apa yang ia alami? Oh, mimpi mengenai waktu.

Mimpi-mimpi itu mengganggu penelitiannya. Mimpi-mimpi itu sangat melelahkan, hingga terkadang ia tidak tahu apakah ia sedang tidur atau terjaga. Namun, mimpi-mimpi itu sekarang telah berakhir. Dari beberapa kemungkinan bentuk waktu yang terbayang di malam-malam itu, ada satu yang tampak meyakinkan. Tapi, tidak berarti mimpi-mimpi yang lain mustahil. Yang lain itu mungkin terjadi di dunia-dunia lain.

Setelah itu, per chapter ditandai dengan tanggal, seolah cerita pada chapter itu adalah mimpi yang terjadi pada tanggal yang disebut. Setiap cerita menampilkan mimpi-mimpi yang aneh, ganjil, mengenai waktu. Ada yang menuliskan dunia-dunia dengan versi waktu yang benar-benar berbeda, sangat imajinatif.

Suatu ketika di masa silam, ilmuwan menemukan satu kenyataan bahwa waktu berjalan lebih lambat di tempat yang jauh dari pusat bumi. Efeknya memang sangat kecil, tetapi bisa diukur dengan alat-alat yang sangat sensitif. Ketika fenomena ini diketahui, sejumlah orang yang ingin awet muda berpindah ke gunung-gunung. Kini semua rumah berdiri di atas Dom, Matterhorn, Monte Rosa, dan dataran tinggi lainnya. Adalah mustahil menjual pemukiman di tempat lain.

Beberapa lagi bisa termasuk dalam kategori ‘benar-benar gila’, atau ‘super imajinatif’.

Dunia akan berakhir pada 26 September 1907. Semua orang tahu itu.

Di Berne, seperti di kota-kota besar dan kecil, satu tahun sebelum dunia berakhir sekolah-sekolah ditutup. Mengapa harus belajar demi masa depan yang tak berumur panjang? Anak-anak yang gembira karena masa belajar telah berakhir untuk selamanya bermain petak umpet di lorong-lorong di Kramgasse, berlarian menuju Aastrasse dan melemparkan batu-batu ke sungai, menghabiskan uang jajan untuk permen dan gulali. Orangtua membiarkan saja apa yang mereka mau.

WP_20130924 1 (1)Sebenarnya, sangat mudah untuk merasa bosan, atau bingung, atau mengangkat alis tinggi-tinggi dalam buku ini. Bagaimana tidak, seluruh cerita-cerita di dalamnya sangat imajinatif, sangat fantastikal, downright crazy in most. Namun, buku ini ditulis dengan gaya bahasa yang mengalir, narasi yang hidup, dan sangat ilustratif. Penggambaran suasana Jerman tempat Einstein menjalani masa mudanya dilakukan dengan sangat baik. Jempol besar untuk penulis, Alan Lightman, dan juga untuk penerjemah buku ini, Yusi Avianto Pareanom. Tanpa kemampuan berbahasa yang baik, buku ini pasti akan hancur lebur.

Ditambah, buku ini dengan cerdas menghubungkan dunia fantasi dari mimpi-mimpi tersebut dengan dunia di masa kini. Beberapa dengan sukses membuat hati terenyuh, dan beberapa mengingatkan kita tentang pengaruh kekuasaan – dan kebodohan – pada diri kita.

Hidup adalah jambangan kesedihan, tapi adalah lebih terhormat untuk menjalaninya. Tanpa waktu tak akan ada kehidupan. Yang lain tak setuju. Mereka lebih memilih kebahagiaan yang abadi. Tak penting bahwa keabadian itu kaku dan beku laksana kupu-kupu yang diawetkan dalam suatu kotak.

[…]

Beberapa orang memutuskan untuk sama sekali berhenti membaca. Mereka meninggalkan masa lalu. Apa pun yang terjadi di hari kemarin, kaya atau miskin, terpelajar atau bodoh, congkak atau rendah hati, pernah kasmaran atau patah hati, tak lebih dari angin lembut yang menari-narikan rambut mereka, Merekalah orang-orang yang menatap tajam pada mata kita dan menggenggam tangan kita erat-erat. Merekalah orang-orang yang melepas kemudaan dengan langkah tanpa beban.

Dan masih banyak lagi hal-hal dalam buku ini, jurnal mimpi ini, yang membuat hatiku terketuk.

WP_20130924 2 (1)Buku Mimpi-Mimpi Einstein dapat dibeli di toko buku gramedia terdekat! Segera cari, sangat pas untuk kita-kita yang hidup dalam kejaran waktu dan membutuhkan renungan, sekaligus sastra, yang ringan dan tepat sasaran.

3 thoughts on “Mimpi-Mimpi Einstein

Leave a comment

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s