Tersulut – Catching Fire

Catching Fire (The Hunger Games #2) (Movie tie-in)The Hunger Games. Serial yang menampilkan ulang Battle Royale untuk para pembaca remaja. Itulah kesan yang ditampilkan oleh novel pertamanya, sebelum Catching Fire tiba, sebuah sekuel yang mengubah The Hunger Games dan menjadikannya lebih kuat lagi.

Cerita dimulai dengan Katniss, yang memenangkan The Hunger Games ke-74 bersama Peeta Melark, kembali ke Distrik 12 dan mencoba menjalani kehidupan normal. Alas, tidak ada kehidupan normal untuk para pemenang The Hunger Games. Ia kini seorang figur publik berkat aksinya menjelang akhir permainan beberapa bulan sebelumnya, dan lebih daripada yang diinginkan siapa pun, ia menjadi sangat terkenal.

Orang-orang di distrik lain menganggapnya sebagai simbol pemberontakan terhadap Capitol, terhadap sistem diktatorial yang telah melingkupi Negara Panem selama 70 tahun lebih. Begitu hebatnya popularitas sosok dirinya hingga Presiden Snow, Sang Diktator harus turun tangan, menemui Katniss dan mengancamnya agar ia bisa meredam pemberontakan di distrik-distrik dalam Tur Pemenang yang dia lakukan bersama Peeta.

Bagaimana ia bisa melakukannya? Tentu dengan menjadi pengalih perhatian. Ia dan Peeta menonjolkan ‘sandiwara’ cinta mereka kepada masyarakat, ‘berpura-pura’ akan menikah, mencoba mengambil hati rakyat dengan kisah cinta remaja yang manis. Hasilnya? Tentu saja dia gagal.

…no, seriously. Seberapa putus asanya mereka sampai bisa berpikir untuk meredam semangat pemberontakan dengan mempertontonkan kisah cinta pasangan remaja yang nyata-nyata digenggam nasibnya oleh pemerintah? Bahkan masyarakat distrik pun tahu akan ‘sandiwara’ tersebut. Keributan terus menyebar dimana-mana

Sementara itu, jarum terus berputar, Tur Kemenangan usai, dan ancaman-ancaman baru menanti di Distrik 12. Hidup semakin tidak aman, baik bagi Katniss, keluarganya, dan penduduk di kotanya. Sementara itu, The Hunger Games ke-75 kian mendekat. Dan untuk kali ini, ada kejutan besar yang menanti, dan tidak hanya untuk Katniss, tapi juga untuk Peeta, Haymitch, dan para pemenang The Hunger Games sebelumnya.

Burung, pin, lagu, buah berry, jam, biskuit, gaun yang terbakar. Akulah mockingjay. Orang yang selamat dari rencana-rencana jahat Capitol. Lambang pemberontakan.

Sekali lagi, Catching Fire dengan sukses membabat habis kesan-kesan yang ditonjolkan oleh buku pertamanya. Dengan novel ini, Suzanne Collins menunjukkan bahwa, bukan, ini bukan mengenai Battle Royale-nya. Unsur tersebut ada, ya, tapi hanya bayang-bayang dari sosok yang sesungguhnya, inti serial ini yang sebenarnya. Dan apa, intinya, sesungguhnya?

Jawabannya ada di halaman demi halaman Catching Fire. Kita mendapatkan expanded universe, detailed history, more character depth, dan konspirasi sekaligus. Mrs. Collins melukiskan sebuah negara yang begitu kaku, daerah-daerah yang miskin, sumberdaya yang dikuras habis,  dan orang-orang kaya serta berpendidikan di ibukota yang dihibur setiap saat oleh teknologi, acara TV, dan kenyamanan-kenyamanan lainnya.

Familiar? Mungkin karena kondisi tersebut tak jauh berbeda dari yang kita lihat sehari-hari. Beberapa perbedaannya hanyalah waktu (latar cerita ini adalah ratusan tahun di masa depan), tempat, dan pelaku. Dan adanya The Hunger Games sebagai alat untuk menakut-nakuti masyarakat non-Capitol.

Karena aku egois. Aku pengecut. Aku adalah tipe gadis yang ketika dibutuhkan malah bakalan lari menyelamatkan diri dan meninggalkan semua orang yang tidak bisa mengikutinya untuk menderita dan mati.

Inilah gadis yang ditemui Gale di hutan hari ini. Tidak heran kalau aku memenangkan Hunger Games. Tidak ada orang yang berperikemanusiaan yang bisa menang.

Salah satu segi lainnya yang unik dari Catching Fire, atau dari serial The Hunger Games secara keseluruhan, adalah fakta bahwa tokoh protagonisnya bukanlah pahlawan. Ini sangat menarik. Serial ini ditulis dengan sudut pandang orang pertama, sehingga pembaca bisa melihat kisah ini langsung dari mata Katniss. Banyak cerita-cerita Young-Adult, Fantasy/Sci-Fi lain yang seperti ini, namun di buku ini pembaca dapat benar-benar membaca bagaimana rasanya membaca kisah sejenis ini (dystopia, conspiracy, dll.) tidak dari sudut pandang seorang pahlawannya.

Jangan salah – Katniss menjadi tokoh pemberontakan, berkat apa yang telah ia lakukan. Namun, dari sudut pandangnya, dia tidak melakukan itu semua untuk memberontak. Dia hanya berusaha bertahan hidup, menyelamatkan dirinya dan orang-orang terdekatnya. Dia berusaha tidak mengganggu ‘orang-orang atas’, mengguncangkan pemerintahan, apalagi menjatuhkannya. Baca: dia hanyalah gadis biasa. Gadis biasa yang memiliki kemampuan memanah sangat baik, ya, tapi benar-benar gadis biasa. Dia ‘dipaksa’ untuk menjadi simbol. Mereka semua berusaha memanfaatkannya.

Banyak yang harus kucerna dalam cerita ini, dalam rencana rumit yang menjadikanku sebagai pion, seperti halnya aku menjadi pion dalam Hunger Games. Dimanfaatkan tanpa izin, tanpa tahu apa-apa.

Setidaknya, dalam Hunger Games, aku tahu aku sedang dijadikan mainan.

Reluctant heroes, atau bahkan manipulated heroes, selalu menjadi sesuatu yang istimewa. Tidak seperti para pahlawan di kisah-kisah yang biasa, yang tradisional, yang senantiasa mencerminkan kebaikan, perjuangan untuk orang banyak, rela mengorbankan diri, dsb., protagonis dalam kisah-kisah seperti Catching Fire memberi kita gambaran mengenai bagaimana orang-orang biasa – sebagian besar anak-anak muda – yang memiliki kemampuan, pengaruh, namun tidak mendukung adanya ‘revolusi’ dimanfaatkan oleh para penguasa. Mereka masih lugu, masih tidak tahu apa-apa, dan begitu mudah untuk digerakkan. Mirip dengan yang ada di kehidupan nyata.

Mirip dengan rombongan anak muda yang digerakkan untuk mendemo pemerintahnya, atau untuk mendemo balik para pendemo. Bentrokan terjadi, dan para penguasa yang mengangguk-angguk puas.

Namun, di atas semua manipulasi, konspirasi, dan segala permainan para penguasa tersebut, yang  jauh lebih menarik lagi adalah menyaksikan para protagonis tersebut mencoba untuk tetap bangkit. Untuk tetap berjuang, tetap bertahan, dan tidak menyerah. Untuk berusaha kembali menyulut semangat mereka, membakarnya, dan melangkah maju, dengan membawa seluruh kenangan para pejuang lainnya di setiap langkah mereka.

Kesimpulannya: buku ini sangat bagus. Jauh melampaui buku pertamanya, dan menjadi jembatan yang sempurna menuju buku ketiga, Mockingjay.


Catching Fire sudah dijadikan film layar lebar. Berikut trailer-nya.

4 thoughts on “Tersulut – Catching Fire

Leave a comment

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s