Pertama-tama, saya mau minta maaf karena minggu kemarin tidak nge-post review buku di sini. Sejak dua minggu lalu saya sudah berencana untuk mengulas Stories: All New Tales, sebuah buku kumpulan cerita yang dikompilasi oleh Neil Gaiman dan Al Sarrantonio, dua novelis terkemuka yang telah menerbitkan puluhan tulisan. Namun, apalah daya ternyata bukunya sangat tebal, ceritanya sangat banyak, dan masing-masing tidak bisa dibilang berformat cerita pendek (satu cerita ada yang lebih dari 7000 kata!), serta kesibukan kerja menghalangi terselesaikannya buku ini.
Oleh karena itu, sekali lagi, mohon maaf yaa.
Kemudian, mengenai buku ini. Ya, saya sebenarnya sudah memilikinya dalam format ebook sejak dua-tiga minggu silam, namun baru sepuluh hari lalu saya menemukannya dalam format mass market paperback di Periplus (sedang diskon lho!). Tertarik dengan cover-nya, dan menyadari bahwa saya biasanya lebih cepat dan lebih baik dalam membaca buku dengan format cetak, saya membelinya. Meski sudah diskon, harganya tetap sedikit membuat dompet lebih ringan, namun saya tak menyesal.
Sama sekali tidak.
KONTEN
Sesuai judulnya, ada banyak sekali cerita di dalam buku ini. Masing-masing ditulis oleh pengarang piawai yang telah menerbitkan banyak cerita-cerita mereka sendiri, dan oleh karenanya memiliki gaya kepenulisan yang berbeda-beda.
Dalam kata pengantar yang beliau tulis, Neil Gaiman menyatakan bahwa meski memiliki latar belakang yang berbeda-beda, semua kontributor buku ini memiliki tujuan yang sama: menceritakan kisah yang akan membuat pembacanya tidak henti-hentinya membaca. Kisah yang akan membuat seseorang terus membalik setiap halamannya untuk mencari jawaban. Dan pertanyaan dari jawaban tersebut adalah:
“…and then what happened?”
Dalam hal tersebut, harus saya akui, buku kumpulan cerita ini berhasil. Hampir setiap ceritanya tidak bisa berhenti untuk dibaca hingga saya selesai membacanya, mendapatkan jawabannya. Setiap kalimat dan paragraf mengandung pertanyaan yang tak bisa terjawab kecuali melihat di paragraf berikutnya. Atau, dalam hal ini, melihat ke halaman berikutnya.
Selayaknya cerita-cerita pendek yang sejati, setiap kisahnya pun komprehensif. Setiap kisah memiliki struktur; awal, tengah, akhir mereka dapat dilihat jelas. Pengenalan, konflik, resolusi. Atau, untuk beberapa cerita spesial, tanpa resolusi – hanya sebuah pertanyaan lagi di akhir ceritanya. Atau, untuk beberapa lagi, kisah-kisahnya tak memiliki akhir tetapi twist, pembaca menyadari bahwa narator ternyata mengisahkan ceritanya, mengulang, dari awal, atau mungkin sang penjahat yang selama ini bercerita, atau bahkan sang narator sudah mati sejak awal. Atau lebih ganjil lagi.
Keganjilan-keganjilan tersebut bukannya tak terduga – bagaimanapun, buku ini adalah kumpulan cerita dari para penulis yang sehari-harinya bergelut dengan speculative fiction, fantasy, sci-fi, dan supernatural genre. Satu cerita berkisah tentang vampir. Cerita lainnya tentang veteran perang yang telah menjadi zombie. Lainnya lagi sekilas tentang revolusi, tentang perjuangan pria-wanita ras kulit hitam melawan politik apartheid serta kehidupan anak muda tahun 70-an yang ternyata hanya sekelumit dari permukaan – sebuah kelambu tipis untuk menyembunyikan inti sebenarnya dari cerita tersebut, yang membawa pembaca menuju Dewa-Dewi kuno dan intisari takdir.
Kalau itu semua terdengar lebai, memang lebai. Namanya juga speculative fiction, ‘kan? Jangan khawatir! Sekali lagi, kisah-kisah di buku ini sangat menarik, terlepas dari berbagai genre yang tercantum di dalamnya. Namun, pertanyaan berikutnya yang muncul adalah ini: cerita apa saja yang terdapat di buku ini?
CERITA
Ada begitu banyak nama dan judul cerita di dalam buku ini. Beberapa sudah kondang dan pastinya dikenal banyak orang, sedangkan beberapa mungkin hanya diketahui lingkaran-lingkaran penggemar tertentu saja. Mereka adalah Roddy Doyle, Joyce Oates, Joanne Harris, Neil Gaiman (jelas), Michael Marshall Smith, Joe R. Landsale, Walter Mosley, Richard Adams, Jodi Picoult, Michael Swanwick, Peter Straub, Lawrence Block, Jeffrey Ford, Chuck Palahniuk, Dianne Wynne Jones, Stewart O’Nan, Gene Wolfe, Carolyn Parkhurst, Kat Howard, Jonathan Carroll, Jeffery Deaver, Tim Powers, Al Sarrantoio (jelas juga), Kurt Andersen, Michael Moorcock, Elizabeth Hand, dan (para penggemar horor pasti tahu yang terakhir ini) Joe Hill.
Meski semua cerita di dalamnya dijamin sangat bagus (no, seriously – they’re so good!) ada tiga cerpen yang paling membekas di dalam benak saya setelah selesai membaca buku ini. Cerita-cerita tersebut adalah yang mengundang paling banyak pertanyaan, teka-teki, dan – dalam beberapa hal – memancing emosi.
1. Wildfire in Manhattan oleh Joanne Harris
Dalam cerita ini, para Dewa-Dewi dari mitologi Norwegia kini tinggal di berbagai tempat di bumi, dan salah satu tempat tersebut adalah New York. Seorang Dewa yang kini menamai dirinya Lucky (sangat jelas siapa dia sebenarnya) mendapati sepasang monster pemburu Dewa dari masa yang telah lama hilang kini kembali. Dengan sedikit dipaksa oleh Arthur, sang Dewa Petir, Lucky mencoba melindungi seorang gadis (yang telah melupakan bahwa ia adalah Dewi) yang menjadi target para pemburu tersebut.
Superplus: Karakter Lucky dan Arthur, serta interaksi mereka, membuat cerita ini sangat hidup. Twist-nya juga bagus.
2. Juvenal Nyx
Di tahun 1970-an, seorang pemuda kulit hitam yang merupakan aktivis Persatuan Mahasiswa Kulit Hitam di Amerika Serikat berubah menjadi vampir. Dari sana, hidupnya berubah ke dalam lingkaran mangsa dan dimangsa, perburuan makhluk supranatural, kisah cinta yang tak dapat berlanjut, dan kegelapan di bawah kota yang gemerlap.
Superplus: Mahasiswa aktivis yang berubah menjadi vampir, memiliki kekuatan super, kehilangan keluarga dan teman-temannya? Drama dan romansa? Superb.
3. The Stars Are Falling
Seorang prajurit Perang Dunia I kembali ke rumahnya di sebuah desa. Ia menemui istrinya, anak laki-lakinya, dan anak tetangganya yang kini sudah yatim-piatu. Dia menyadari sudah begitu banyak yang berubah sepanjang ia pergi ke Eropa, keluarganya sudah bertahun-tahun terbiasa akan tiadanya dirinya, bahkan orang-orang mengiranya sudah meninggal. Namun, benarkah ia masih hidup? Benarkah yang kembali ke rumahnya tersebut… adalah dia?
Superplus: Post-traumatic disorder. Veteran perang. Cerita PD I. Patriotisme dan nihilitas dari pertempuran. Zombie.
KESIMPULAN
Gabungan cerita-cerita dari berbagai genre, penulis dengan latar belakang beraneka ragam, dan gaya narasi yang pastinya membuat pembaca ingin terus membalik halamannya, menjadikan buku Stories: All-New Tales sebagai kumpulan cerpen yang wajib dibaca untuk para penggemar fiksi. Secara rating, saya memberinya 4/5, alias 80% sempurna.
Nah, sekarang, pertanyaannya tinggal satu: bagaimana menurut Anda?