Sandman: Ramadan by Neil Gaiman

Sandman - RamadanHampir satu bulan penuh sejak saya menulis ulasan buku di sini. Selama itu pula, saya telah mendaftar wisuda, melamar kerja, diundang ke wawancara, ditolak, pulang, introspeksi diri, minum-minum (kopi susu), lalu melamar lagi, diundang wawancara, tes praktek, dan diterima. Tak lupa, negara-negara jatuh, perang dimulai dan akan berakhir, jiwa datang dan pergi. Begitu banyak yang terjadi hanya dalam rentang waktu tiga puluh hari; waktu terus mengalir sementara kita melupakan banyak hal.

Ruang dan waktu. Space and time. Belakangan ini, sejak saya menyadari betapa besarnya kekuatan yang disimpan waktu terhadap kita semua, saya mulai membongkar-bongkar kembali arsip-arsip lama saya. Kardus demi kardus yang ada di rumah saya buka, dan, voila! Setumpuk buku novel lama, mass market paperback dari luar negeri, komik-komik Doraemon, Kung Fu Komang, Captain Tsubasa, dan, yang paling menarik perhatian saya: Sandman.

Bertahun-tahun silam, saya menemukan satu bagian di toko buku emperan di dekat Universitas Indonesia (tempatnya sekarang sudah dipindah, entah ke mana). Di sana, dijual banyak  buku-buku impor dan menjadi salah satu sasaran utama saya kalau mau mencari buku berbahasa Inggris yang tidak diterbitkan di Indonesia. Sebagian besar murah, karena bekas, dan dalam kondisi tidak bagus, tapi kontennya masih sama. Serial Sandman adalah serial komik yang saya beli di sana dengan harga yang bagus. Sebelum saya tahu mengenai novel-novelnya, inilah karya Neil Gaiman pertama yang saya baca.

Dan, tentu saja, Sandman: Ramadan stood out sebagai salah satu karya Sandman yang paling saya suka dari beliau.

***

Sebelum saya mulai, perlu saya ceritakan bahwa Sandman adalah tokoh komik yang sangat terkenal. Ia menempati posisi atas dalam Top-100 Comic Book Characters. Sandman sendiri adalah seorang Entitas, atau Dewa, atau Raja (yang manapun boleh) yang menguasai Alam Mimpi. Dikenal dengan nama Morpheus, atau cukup dengan Dream, dalam serial Sandman, dia adalah satu dari tujuh bersaudara Endless: para Entitas, makhluk Imortal, yang telah ada jauh sebelum Dewa-Dewi dimimpikan oleh bangsa manusia (atau makhluk mortal lainnya).

Seluruh serial Sandman mengisahkan perjumpaan manusia dengan para Endless, terutama interaksi kita dengan Dream, dan juga perjalanan Dream untuk merasakan kemanusiaan, kehidupan, dan dinamika dunia mortal.

Dan, di Sandman: Ramadan, kisah Sang Penguasa Mimpi pun dituturkan, dengan latar Jaman Keemasan Islam, di sebuah kerajaan, kota, bernama Baghdad: Permata Dunia Arab.

1Alkisah, sang Caliph Baghdad, Harun Al-Rashid, adalah penguasa terbesar dunia Arab yang berhasil membawa Islam pada jaman keemasannya. Pada masa kekuasaannya, konon, kota Baghdad memiliki menara-menara yang berhiaskan permata, berkilauan di bawah cahaya, dan begitu indah bagai oase di gurun pasir. Teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang pesat di bawah kepemimpinannya, dan warga Baghdad hidup dengan bahagia.

Namun, sang Caliph, dengan segenap kebijaksanaannya, mengetahui bahwa semua keindahan tersebut takkan bertahan. Dia telah menyaksikan, melalui mata batinnya, bagaimana kerajaannya akan jatuh, jaman keemasan tersebut akan lenyap, ditelan gurun pasir dan terlupakan. Sahabatnya mengingatkannya bahwa, jika Allah mengizinkan, Insya Allah, akan ada peradaban yang jauh lebih indah dibanding Baghdad yang ia pimpin di masa depan. Tapi sang Caliph tetap tidak merasa tenang, dan oleh karenanya, ia memanggil Sang Penguasa Mimpi dengan satu permintaan: Membuat Baghdad, jaman keemasan Islam, menjadi abadi.

Berhasilkah? Untuk menjawab itu, tentu saja, harus dibawa dulu komiknya ini. Tapi, saya ingin mengatakan satu hal ini: saya selalu was-was jika membaca komik, atau buku, atau novel, atau fiksi apa pun yang menyinggung mengenai Islam dan Arab. Saya pernah menonton video-video yang menampilkan Rasulullah dalam ilustrasi yang sangat tidak bagus, membaca komik yang mengilustrasikan beliau secara menghina, membaca novel yang menggambarkan warga Arab sebagai bangsa barbar — dan masih banyak lagi. Saya membaca komik ini, dulu sekali, awalnya dalam kondisi tersebut. Saya skeptis, pesimis, sinis, dan begitu terjaga.

Namun, ada beberapa hal yang membuat saya salut terhadap Neil Gaiman, hal-hal yang membuat respek saya terhadap beliau menjadi sangat tinggi.

  1. Tanpa ragu-ragu, Neil menuliskan ‘Bismillah’ dan ‘Syahadatain’ di pembuka cerita ini.
  2. Dengan tepat, Neil menggunakan ‘Allah’ untuk menyebut ‘Tuhan’ di sepanjang cerita ini. Sesuatu yang sangat jarang dilakukan oleh penulis manapun yang menggambarkan Arab pada masa lampau, dan sangat jarang disadari: bahwa di masa itu, kecuali mereka yang berbeda keyakinan, para penduduknya menyebut ‘Allah’ sebagai Illahi mereka. Itulah masa-masa keemasan.
  3. Dengan berani, Neil menggambarkan istana dan kerajaan, kemewahannya (karena Harun Al-Rashid, terlepas dari segala kelebihan dan pencapaiannya, juga adalah Caliph yang akan membawa akhir pada Jaman Keemasan, dan konon itu karena gayanya yang bermewah-mewahan). Jaman itu bukanlah Utopia; selalu ada kekurangan dan kelebihannya, dan beliau berhasil menggambarkannya dengan baik.
  4. Neil mengerti banyak mengenai budaya Islam. Beliau mengerti mengenai puasa Ramadan, menguraikan bagaimana puasa dijalankan (fasting from dawn until sunset), dan bahkan Sang Raja Mimpi menegur Harun Al-Rashid yang menyediakan wine (anggur alkohol), mengatakan bahwa Nabi Muhammad melarang konsumsi alkohol.

2

Selain empat poin di atas, perlu saya ingatkan juga bahwa ini adalah komik — graphic novel — dan oleh karenanya, faktor ilustrasi juga harus dinilai. Menurut saya pribadi, penggambaran di cerita ini sedikit banyak mengingatkan pada ilustrasi kisah-kisah 1001 malam, and in a very good way. Fantastis, berkilau-kilau, tanpa menjurus ke lebay. Top banget.

Lalu, bagaimana mengenai cerita-nya sendiri? Plot?

Sebagaimana mungkin teman-teman sudah membaca buku-buku Neil Gaiman yang sebelumnya sudah saya ulas di sini, Neil bukanlah penulis yang berkesulitan di plot. Ceritanya sangat mengalir, luwes, dan mengandung banyak nilai-nilai yang dapat dipelajari tanpa harus menjabarkannya secara gamblang dengan kata-kata mutiara yang berlebihan. Ah, itu juga salah satu poin yang membuat saya menyukai buku-buku beliau: begitu banyak pelajaran yang bisa diambil, pesan-pesan yang terkandung, tanpa membuat narasinya menjadi seperti berceramah.

Dan itu saja, menurutku, sudah cukup untuk membuat buku ini mendapat nilai 3/5. Tambahkan dengan cerita yang mengalir, puitis, ilustrasi yang indah, dan penceritaan Jaman Keemasan Islam, dan dari saya, buku ini mendapat rating 5/5. Solid.

Highly recommended.


 

Data Vital Buku:

  • Jenis: graphic novel
  • Penulis: Neil Gaiman
  • Penerbit: DC Comics
  • Tahun Penerbitan: 1993
  • Format: Paperback
  • ASIN: B000MW3XIW

Leave a comment

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s