Seperti yang pernah kukatakan sebelumnya, pasca-Harry Potter 7 ada kekosongan dalam kehidupan baca-membacaku. Buku-buku masih ada banyak, dari serial Eragon hingga Narnia, tapi dengan Harry Potter berakhir, rasanya seolah tak ada buku lagi yang bisa menyaingi kehebatannya.
Oleh karena itu, begitu mendengar berita yang menyebutkan bahwa J.K. Rowling menerbitkan buku baru, dan buku baru tersebut masih berkaitan erat dengan Harry Potter, secepat kilat saya langsung ke Kokosan (toko buku dekat rumah) dan membelinya.
Kisah-Kisah Beedle si Juru Cerita adalah kumpulan cerita pendek, totalnya ada lima, yang kesemuanya disebutkan dalam serial Harry Potter, tepatnya di buku ketujuh. Setiap cerita diiringi dengan ulasan dari (ceritanya) Albus Dumbledore, lengkap dengan kesan-pesan, nasihat moral, dan memoir mengenai kisah-kisah tersebut.
Dan, tentu saja, buku ini ditutup dengan cerita pendek yang dibacakan lengkap di buku Harry Potter dan Relikui Kematian, cerpen yang menjadi kunci pamungkas dalam serial legendaris tersebut: Kisah Tiga Saudara.
■
Pada suatu masa, hiduplah penyihir tua baik hati yang menggunakan sihirnya dengan murah hati dan bijak untuk menolong para tetangganya. Bukannya menyombongkan sumber kekuatan sihir yang dia miliki, si penyihir tua berpura-pura mengatakan bahwa semua ramuan, jimat, dan obat penawar yang dia berikan muncul begitu saja dari kuali kecil yang dia sebut sebagai kuali keberuntungan.
Kisah pertama, Sang Penyihir dan Kuali Melompat, adalah kisah penyihir di masa lalu yang bekerja membantu para Muggle. Dia dicintai banyak orang, namun anaknya, yang mewarisi harta dan barang-barang sihirnya saat ia meninggal, tidak sebaik ayahnya. Menolak membantu para Muggle, dia akhirnya mendapatkan ganjarannya. Kisah yang sederhana, simpel, dan mengalir.
Kisah kedua, Air Mancur Mujur Melimpah, bercerita mengenai tiga penyihir perempuan dan satu ksatria Muggle yang payah dalam perjalanan mereka menuju air mancur yang konon (katanya) bisa memberi keberuntungan dalam jumlah tak terkira. Mereka menempuh perjalanan yang sulit, menghadapi rintangan demi rintangan bersama-sama. Dengan gabungan kekuatan mereka, mereka berhasil mencapai air mancur tersebut. Tapi, masalahnya, air mancur hanya akan memberkahi satu orang. Siapa di antara mereka yang akan masuk ke dalamnya?
Twist yang ada di akhir cerita ini, boleh dibilang, benar-benar mengena. Bahasa gaulnya, jleb banget. Narasinya termasuk salah satu yang paling visual di antara tulisan-tulisan JKR. Pesannya juga dapat.
Pada zaman dahulu kala, seorang penyihir muda yang tampan, kaya, dan berbakat, mengamati bahwa teman-temannya jadi suka bertindak bodoh ketika mereka jatuh cinta. Mereka meloncat ke sana kemari dan berdandan, kehilangan nafsu makan, dan bahkan kehilangan harga diri.
Kisah ketiga, Penyihir Berhati Berbulu, berkisah tentang seorang penyihir sakti yang, saat masih muda, memutuskan bahwa ia tak mau jatuh cinta. Menggunakan sihir hitam, ia memotong hatinya, mengeluarkannya dari tubuhnya, dan menyimpannya hingga hatinya menjadi berbulu laksana hewan buas.
Di antara cerita-cerita yang ada di buku kecil ini, inilah kisah yang membuat saya gemetaran saat pertama kali membacanya. Horror-nya nusuk. Ngena, dapet, tepat di sasaran. Narasinya yang singkat, padat, dan mengalir membuat kisah ini terasa seperti karyanya Stephen King yang dipadatkan untuk pembaca anak-anak – hanya saja masih terlalu seram.
Nilai plus juga, untuk cerita ini, karena telah berhasil memberikan gambaran mengenai salah satu sihir paling hitam yang kelak akan digunakan juga oleh Lord Voldemort – antagonis utama dari serial Harry Potter – meski tidak sama persis.
Pada zaman dahulu kala, di sebuah negeri yang sangat jauh, hiduplah seorang raja bodoh yang memutuskan bahwa hanya dia yang boleh memiliki kekuatan sihir.
Kisah keempat, Babbity Rabbity dan Tunggul Terbahak, menggabungkan kisah raja bodoh a la Raja Yang Telanjang dengan orang cerdas laksana Abu Nawas. Dalam cerita ini, raja yang merupakan seorang Muggle memburu para penyihir sekaligus mencari seseorang yang bisa mengajarinya sihir. Seorang penipu, juga Muggle, memanfaatkan kesempatan tersebut dan berpura-pura menjadi penyihir. Dia mengajari raja sihir-sihir yang sesungguhnya hanya trik-trik sulap.
Masalah timbul saat Babbity, seorang tukang cuci istana sekaligus seorang penyihir, menertawakan raja yang berlatih sihir. Si penipu, mengetahui bahwa Babbity adalah penyihir, menyudutkannya dan menyuruhnya membuat seolah-olah raja bisa sihir.
Kisah ini menarik karena memperlihatkan gambaran mengenai perburuan penyihir di abad pertengahan sebagaimana sudah diangkat berkali-kali di serial Harry Potter. Ada sedikit plothole di sini, yang, secara gamblang, diatasi dengan penjelasan oleh ‘Dumbledore’ di bagian ulasannya.
Kisah kelima, Kisah Tiga Saudara, bisa dibilang adalah cerpen pamungkas dari buku ini. Mengisahkan tentang tiga orang saudara laki-laki penyihir, sakti, yang bertemu dengan Kematian di pinggir sungai, pada sebuah jalan yang sepi, di senja hari.
Cerpen ini menjadi inti dari buku ketujuh Harry Potter, sekaligus kunci dari serial tersebut. Tiga Relikui Kematian – The Deathly Hallows – dan tiga kakak-beradik yang pertama kali menguasainya. Menceritakan lebih dari ini akan berakibat fatal bagi para calon pembaca Harry Potter, jadi langsung saja saya katakan: kisah ini luar biasa.
Secara keseluruhan, buku Kisah-Kisah Beedle si Juru Cerita adalah karya yang bagus sebagai bacaan tambahan untuk serial Harry Potter. Kisah-kisah di dalamnya juga cukup bagus untuk bisa berdiri sendiri sebagai sesuatu yang kita bacakan untuk anak-anak. Semuanya memiliki pesan moral, bergaya bahasa sederhana, mengalir, dan visualistik.
Totally recommended untuk semua orang.