Penpal

PenpalCerita ini dimulai dengan protagonis kita membuka kembali peninggalan-peninggalan masa kecilnya. Sedikit demi sedikit, apa yang ia mulai sebagai nostalgia berujung pada suatu kenyataan: bahwa masa lalunya sangat ganjil. Bahwa ada sesuatu, jauh di masa lalunya, yang telah mengikuti dan menghantui masa kecilnya. Sesuatu yang mengerikan, berbahaya, dan mematikan.

Dimulai dari masa kecil protagonis, kita diperkenalkan pada sebuah kota kecil di daerah rural Amerika. Dekat dengan hutan, alam, dan nuansa yang kelabu a la Stephen King, kita menyaksikan bagaimana sang protagonis – seorang anak kecil, polos, penurut meski kadang juga nakal, pintar namun tak mencolok – tumbuh besar dan bertransisi dari masa kanak-kanak, remaja, cinta, hingga dewasa.

Dan di belakangnya tentu saja, sesuai judul buku ini, adalah seorang penpal – sahabat pena – yang, sudah bisa ditebak, tidak begitu bersahabat. Setidaknya, menurut protagonis kita dan kita yang membacanya.

-a-

Sedari awal membacanya, saya mengkategorikan novel ini sebagai classic: gaya penulisannya, penceritaannya, mengingatkan saya akan Stephen King, Dickens, dan bahkan Lovecraft serta Gaiman. Horornya terasa sejak bab pertama – dimana protagonis kita nyaris saja tewas dan mengakhiri kisah ini di selusin halaman pertama – dan makin bertambah, bereskalasi, setiap babnya.

Dari segi karakterisasi, Mr. Auerbach berhasil melakukannya dengan sangat baik – menurut saya. Protagonis kita langsung memberikan hook dari awal halaman: seorang anak, masih polos, masih lugu, masih percaya pada imajinasinya. Ia juga tak terasa asing: punya sahabat di sekolah, punya cewek yang ditaksir, dan punya orangtua yang sangat disayanginya.

Sumber: 1000Vultures
Sumber: 1000Vultures

Antagonis kita, di sisi lain, sangat menarik: kesan stalker-y yang ada pada dirinya digambarkan dengan jelas, namun di saat bersamaan Mr. Auerbach menggambarkannya sebagai sosok ethereal: gaib, berkuasa, membayang-bayang di setiap sudut. Ada aroma Lovecraftian yang kental di sini – menjelang akhir novel, saya setengah menduga bahwa ia sesungguhnya sesuatu yang jauh lebih berbahaya dibandingkan manusia biasa.

Dan mengenai ceritanya sendiri, bisa dibilang plotnya sangat mengalir. Lurus. Meski timeline – latar waktu – dalam novel ini melompat-lompat maju-mundur (sangat klasik, a la orang yang sedang menuturkan kisah masa lalunya, dengan gaya seperti yang digunakan Mr. Gaiman dalam Samudra di Ujung Jalan Setapak), ceritanya sendiri dapat diikuti dengan mudah.

Meski demikian, dalam beberapa bagian terdapat poin-poin yang agak sulit dimengerti, ilustrasi lokasi dan suasana yang kurang memadai, serta ending yang – sangat disayangkan – agak kurang menusuk. Kuat, ya, tapi terasa kurang untuk sebuah novel horor dengan hook yang sangat kuat dari halaman pertamanya seperti ini.

Sumber: 1000Vultures
Sumber: 1000Vultures

Di atas semua itu, sebagai debut perdana, novel ini jelas sangat mantap. Salut untuk Mr. Auerbach, sangat dinanti karya-karyanya yang berikutnya.


Info tambahan, novel ini merupakan adaptasi dari serial cerita horor yang beredar di internet sejak lama. Mendapatkan respon yang sangat positif dari para penggemar cerita seram, penulisnya memutuskan untuk membukukan cerita-cerita tersebut dan menerbitkannya. Serial tersebut bisa dibaca di sini.

Selamat menikmati!